قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ
اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ
لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ
آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لا أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي
بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (١٩)
19.
Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah,
“Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al-Qur’an ini diwahyukan
kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang
sampai (Al-Qur’an kepada-Nya). Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada
tuhan-tuhan lain bersama Allah?” katakanlah, “Sesungguhnya hanya Dialah Ilāh
Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan
Allah).”
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ
كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لا
يُؤْمِنُونَ (٢٠)
20.
Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada-Nya, mereka mengenalnya
(Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang
merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah).
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ
كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (٢١)
21.
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu
kebohongan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu tidak beruntung.
وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ
لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا أَيْنَ شُرَكَاؤُكُمُ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ (٢٢)
22.
Dan (ingatlah), pada hari ketika Kami mengumpulkan mereka semua kemudian Kami
berfirman kepada orang-orang yang menyekutukan Allah, “Di manakah
sembahan-sembahanmu yang dahulu kamu sangka (sekutu-sekutu Kami?”
ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلا أَنْ قَالُوا
وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ (٢٣)
23. Kemudian
tidaklah ada jawaban bohong mereka, kecuali mengatakan, “Demi Allah, wahai Rabb
kami, tidaklah kami mempersekutukan Allah.”
انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ
وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (٢٤)
24.
Lihatlah, bagaimana mereka telah berbohong terhadap diri mereka sendiri. Dan
sesembahan yang mereka adakan dahulu akan hilang dari mereka.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا
عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ
يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لا يُؤْمِنُوا بِهَا حَتَّى إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ
يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (٢٥)
25.
Dan di antara mereka ada yang mendengarkan bacaanmu (Muhammad), dan Kami telah
menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan
telinganya tersumpah. Dan kalaupun mereka melihat segala tanda (kebenaran),
mereka tetap tidak mau beriman kepada-Nya. Sehingga apabila mereka datang
kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, “Ini (Al-Qur’an)
tidak lain hanyalah dongengan orang-orang terdahulu.
وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ
وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (٢٦)
26.
Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur’an dan mereka sendiri
menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka
sendiri, sedang mereka tidak menyadari.
وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ
فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ (٢٧)
27.
Dan jika engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka
berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan
ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”, (tentulah kamu
melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
--------------
Tadabbur:
Ayat
19-27 menjelaskan mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup
merupakan faktor penyebab manusia ingkar kepada Allah, keesaan- Nya dan tidak
menerima sistem hidup yang Allah ciptakan
untuk mereka dalam Al-Qur’an.
Sampai-sampai Allah memerintahkan Nabi Saw. untuk mengajak mereka berpikir
ilmiah terkait bukti keberadaan Allah agar terhindar dari menyekutukan-Nya
(kemusyrikan).
Kaum Ahli
Kitab mengenal betul Rasul
Saw. seperti mengenal
anak- anak mereka. Mereka merugi karena menolak Rasul Saw. Bahkan mereka
sangat zalim karena mengadakan kebohongan atas Allah dan menolak Al-Qur’an.
Faktor
lain yang mampu membuka kejumudan akal dan hati manusia sehingga dapat
meninggalkan kemusyrikan dan menggantinya dengan mentauhidkan Allah, ialah
meyakini dahsyatnya hari kiamat dan neraka. Allah akan mempertanyakan
tuhan-tuhan yang dijadikan sekutu bagi-Nya. Lalu, mereka bersumpah atas nama
Allah bahwa mereka tidak menyekutukan- Nya.
Di
akhirat mereka berani berbohong sebagaimana mereka di dunia melakukan
kebohongan atas Allah. Sebab itu, Allah
kunci mati hati mereka dan menutup telinga mereka sehingga tidak dapat memahami
Al- Qur’an. Kalaupun melihat semua mukjizat, mereka juga tidak beriman dan
bahkan menuduh Al-Qur’an cerita dongeng. Mereka menghalang orang lain dari
Al-Qur’an dan menjauhkan diri darinya. Sikap seperti itu mencelakan diri sendiri.
Nanti mereka akan menyesal dan ingin dikembalikan ke dunia untuk beriman.
Posting Komentar