Tanya Jawab Pekan ke- 45 (QS. QS. Al-Hijr Ayat 91-99 & QS. An-Nahl Ayat 1-54)
------------------------------
SK4/Siti
An Nahl ayat 9: Dan hak Allah menerangkan jalan yang lurus, dan di antaranya ada (jalan) yang menyimpang. Dan jika Dia menghendaki, tentu Dia memberi petunjuk kamu semua (ke jalan yang benar).
1. Apakah ada orang yang tidak dikehendaki Allah mendapat petunjuk, mengapa? Dan bagaimana cara menjadi orang yang mendapat petunjuk?
Jawaban :
Banyak sekali penyebab terhalangnya petunjuk Allah kepada manusia. Di antaranya :
a. Sombong dan menolak kebenaran Al-Qur’an dan perintah Allah. (Al-Baqarah : 34)
b. Kezaliman, apakah dalam bentuk perbuatan maupun keyakinan (Syirik) (Surah Al-Maidah : 51)
c. Kekufuran/pembangkangan kepada Allah. (Surah Al-Maidah : 67)
d. Kebohongan atas Allah. (Suarah Az-Zumar : 3)
e. Berlebihan dalam berbelanja dan berpendapat. (Surah Ghafir : 28)
e. Fasik/ Durhaka kepada Allah dan kemunafikan . (Surah Al-Munafiqun : 6)
f. Sombong atas Allah dan kebenaran Al-Qur’an. Al-Baqarah : 34)
Agar mendapatkan petunjuk Allah, harus menempuh jalannya. Di antaranya :
a. Mengikuti keridhaan dan jalan-Nya (Al-Qur’an/Islam). (Surah Al-Maaidah : 16)
b. Mencintai Allah melebihi segalanya. (Surah At-Taubah : 24).
c. Meyakini kebenaran Al-Qur’an, membacanya, memahaminya dan mengamalkannya. (Surah Al-Isra’ : 9)
e. Takut selalu kepada Allah dan selalu mengingat-Nya. (Surah Az-Zumar : 23)
f. Mendengarkan Al-Qur’an. (Surah Jin : 1 – 2).
------------------------------
2. Apakah makna ayat ini berarti bahwa Allah telah menetapkan siapa yg mendapat petunjuk dan siapa yg tersesat??
Jawaban :
Allah tetapkan petunjuk atau kesesatan atas seseorang berdasarkan sebab-sebab yang sudah dijelaskan di atas dan sebab lainnya.
------------------------------
3. Lalu apa hikmah atas ketetapan tersebut?? Bukankah mudah bagi Allah untuk menjadikan semua manusia berada di jalan yg lurus??
Jawaban :
Hikmahnya agar tegak keadilan Allah pada hambanya dan Allah tidak memiliki sifat zalim pada hamba-Nya, kendati Dia berhak untuk kezaliman itu. (Surah Fush-Shilat : 46)
------------------------------
4. Siti
Pada materi tadabbur tgl 12 januari 2015 suroh an-nahl ayat 25... "(Ucapan mereka) menyebabkan mereka pada hari kiamat memikul dosa2nya sendiri secara sempurna, dan sebagian dosa2 orang yg mereka sesatkan yg tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah alangkah buruknya (dosa) yg mereka pikul itu."
Apakah orang2 yg tidak tau bahwa mereka sedang disesatkan juga dianggap berdosa karena menyekutukan Allah yg balasanx adalah kekal dlm nerakaNya, atau setelah sebagian dosa2nya dibebankan pada orang2 yg telah menyesatkannya, maka Allah akan memberikan ampunan karena ketidaktahuannya?? Jazaakumullah..
Jawaban :
Baik yang menyesatkan ataupun yang disesatkan keduanya akan masuk neraka, kendati yang disesatkan itu tidak tahu ia disesatkan dengan catatan jika kesesatan itu terkait kemusyrikan dan kekufuran. (Surah Al-Furqan : 27 – 29).
Karena setiap yang mati dalam kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan tempatnya adalah neraka dan mereka kekal di dalamnya. (Surah An-Nisa’ : 48, Al-Bayyinah : 6 dan An-Nisa’ ; 145)
Jika kesesatan itu terkait dengan dosa selain kekufuran, kemusyrikan dan kemunafikan, Allah akan menimbang amal perbuatannya. Jika amal shalehnya lebih berat dari dosanya maka ia akan masuk syurga. Namun, jika dosanya lebih banyak dari amal shalehnya , maka ia akan masuk neraka, tapi tidak kekal di dalamnya. (Surah Al-Qari’ah : 6 – 11).
Kezaliman orang lain terhadap diri kita semasa hidup di dunia juga akan Allah tukarkan dengan amal shaleh orang yang menzalimi tersebut. Jika orang yang menzalimi itu kehabisan amal shaleh, atau tidak punya amal shaleh, maka dosa orang yang dizalimi dipindahkan kepada orang yang menzalimi tersebut.
------------------------------
5. SK4
Ustadz apakah An Nahl ayat 35 sama maknanya dengan yang dilakukan atheis, menolak keberadaan Allah?
Jawaban :
Surah An-Nahl ayat 35 itu menjelaskan kebohongan keyakinan dan faham kaum Musyrikin yang menyembah berhala dan mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah dan menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah. Mereka mengatakan semua itu sudah sesuai dengan keinginan Allah. Padahal semuanya yang mereka lakukan bertentangan dengan wahyu yang yang Allah turunkan atas para Rasul-Nya.
Sedangkan atheis adalah menolak mentah-mentah keberadaaan Allah. Kaum Musyrikin masih mengakui Allah, namun menyekutukan Allah dengan berhala-berhala dan aturan-aturan yang diciptakan nenek moyang mereka. Baik atheist maupun musyrik sama-sama masuk neraka dan kekal di dalamnya.
------------------------------
6. Irkhaemil
Assalamu'alaykum... Tanya ustadz
1. Ayat 32 orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat baik,....maksudnya bagaimana?? adakah tandanya terkait dengan footnote wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan,atau dapat juga berarti mereka mati dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk surga...
Jawaban :
Maksud kata طَيِّبِينَ pada ayat 32 Surah An-Nahl tersebut ialah orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam kondisi baik, yakni dalam keadaan mentauhidkan Allah dan bersih dari kemusyrikan dan kekufuran serta dosa-dosa besar lainnya. Bukan malaikatnya yang baik. Semua malaikat adalah baik dan mereka tidak pernah durhaka kepada perintah Allah, apalagi jatuh menyekutukan Allah.
------------------------------
2. Kemudian maksud berita gembira itu apa dan bgaimana mengetahuinya?? Jazaakumullah...
Jawaban :
Orang-orang baik yang diwafatkan malaikat seperti tercantum dalam ayat 32 tersebut akan mendapatkan kabar gembira dari malaikat bahwa tempat mereka di akhirat nanti adalah syurga. Mereka mengetahuinya langsung dari malaikat tersebut dan kita yang hidup tidak mengetahuinya. Yang jelas ini berita dari Allah, wajib kita yakini.
------------------------------
3. Ayat 36: Mohon penjelasan pengertian thaghut itu apa ustadz? dizaman sekarang contohnya apa?? Jazaakumullah..
Jawaban :
Para ulama menjelaskan pengertian “Thaghut” ialah apa saja dan siapa saja yang disembah selain Allah. Artinya, setiap sesuatu atau orang yang diyakini memiliki hak ubudiyyah dan pembuatan aturan hidup serta diikuti, maka disebut dengan “Thaghut”.
Sebab itu, “Thaghut” itu bisa berbentuk tradisi aturan nenek moyang yang tidak berdasarkan Al-Qur’an atau Sunnah Rasulullah; patung-patung yang sembah, tokoh-tokoh/manusia yang diagung-agungkan, atau orang/lembaga yang membuat peraturan hidup manusia yang tidak berdasarkan hukum Allah dan Rasul-Nya.
------------------------------
4. Ayat 43 Footnote 454 : Maksud orang yang mempunyai pengetahuan tentang nabi dan kitab bagaimana?siapa orang tersebut apakah nabi sendiri?
Jawaban :
Maksud orang yang mempunyai pengetahuan pada ayat 34 surah An-Nahl itu ialah orang-orang yang membaca dan memahami Kitab-Kitab Allah sebelum Al-Qur’an seperti Taurat dan Injil. Dalam Kitab-Kitab tersebut tercantum dakwah kepada mentauhidkan Allah dan para Rasul yang diberikan kepada mereka Kitab-Kitab tersebut juga manusia seperti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, bukan para Malaikat seperti anggapan kaum Musyrikin Mekkah.
------------------------------
5. Dhinar & Irkhaemil
Ayat 48 maksudnya benda apa ya ustadz?? “Benda Apa yg Allah ciptakan yg bayang2nya bolak balik?”
Jawaban :
Yang dimaksud ayat 48 Surah An-Nahl tersebut ialah benda apa saja yang Allah ciptakan seperti gunung dan pohon kayu. Benda-benda tersebut saat waktu pagi bayang-bayangnya muncul di sebelah baratnya, dan di waktu sore muncul di sebelah timurnya. Begitu terus menerus dan tidak pernah terbalik.
Bayang-bayang dari suatu benda yang berdiri tersebut tunduk dan patuh kepada ketentuan atau sistem yang Allah ciptakan, padahal mereka tidak berakal dan tidak mendapat wahyu.
Sebaliknya, manusia yang berakal dan mendapat wahyu dari Allah melalui Rasul-Rasul-Nya malah banyak yang kufur kepada Allah dan tidak mau taat pada-Nya.
------------------------------
6. Terkadang ketika ada ancaman dari luar perasaan takut akan timbul. kadang berusaha untuk menghindar. takut yang seperti ini bagaimana ustadz sementara kita hanya dibolehkan takut kepada Allah...?? Jazaakumullah...
Jawaban :
Takut kepada sesuatu makhluk, seperti binatang buas, singa misalnya, atau manusia yang jahat adalah takut yang fitrah, artinya sesuai dengan sifat takut yang Allah tanamkan dalam diri kita. Oleh sebab itu kita menjauh dan menghindarinya.
Tapi kita tidak boleh meyakini bahwa makhluk itu, apapun jenis dan bentuknya dapat memberi manfaat atau mudharat, karena yang dapat memberi manfaat dan mudharat itu hanya Allah. (Surah Yunus : 18)
Sedangkan takut kita kepada Allah ialah terkait pelanggaran syari’at atau sistem hidup yang diciptakan-Nya untuk kita sehingga pelanggaran tersebut menyebabkan-Nya murka kepada kita; di dunia kita sengsara dan di akhirat masuk neraka.
Takut kepada binatang buas seperti yang dijelaskan di atas tidak melahirkan kecintaan kita kepadanya. Sedangkan takut kepada Allah harus melahirkan kecintaan kita kepada-Nya dan merindukan pertemuan dengan di akhirat kelak.
Demikian pula takut kepada binatang buas tidak ada kaitannya dengan keimanan. Sedangkan takut kepada Allah sebagai hasil positif dari keimanan dan pengetahuan kita kepada-Nya, sehingga jika kita kita tidak takut kepada binatang buas iman kita tidak akan terpengaruh, sedangkan jika kita tidak takut pada Allah akan mepengaruhi iman kita kepada-Nya secara langsung.
↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭
Komunitas Tadabbur Al-Quran (KontaQ)
↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭
Posting Komentar