RANGKUMAN PERTANYAAN SEPUTAR TADABBUR AL QURAN
KEPADA USTADZ FATHUDDIN JA’FAR
1. Rama:
Afwan Ustadz, ane pernah baca artikel ttg pemikiran yg mengkritik pembagian tauhid menjadi 3 (tiga). Katanya akan menjadi kelompok yg cenderung mudah mengkafirkan sesama muslim. Kalo dulu ane jg dapet tauhid jd 3 pas liqo,tp kaget jg waktu ada yg bilang itu sesat. Mohon penjelasan Ustadz..
Jawab:
Itu hanya ketakutan bagi orang-orang yang tidak mau diluruskan aqidahnya dg aqidah yg benar. Dengan 3 bagian tauhid itu, maka tauhid akan menjadi jelas dari semua sisinya. Tiga bagian itu menjadi bahasan utama Al-Qur'an dalam menjelaskan konsep tauhid. Adapun jika terjadi kasus takfir, bisa saja orang tersebut blm memahaminya dengan baik sehingga salah kaprah. sebagaimana juga yg terjadi pada murjii'ah yang tidak mengakui amal mempengaruhi iman.
2. Debi:
Afwan, sy mau mengajukan pertanyaan, terkait dgn Tadabur Surah Al Fatihah, khususnya ayat 6-7 yg intinya menyatakan, bhwa Islam adalah satu2nya sistem hidup yg lurus yg akan menyampaikan manusia kepada keridhaan Allah di dunia dan akhirat. Bahwa dalam konteks kekinian kita juga tidak bisa lepas dari sistem lain, misal sistem hukum atau ekonomi yg bukan sepenuhnya Islam. Bagaimana jika kami belum sepenuhnya bisa menerapkan sistem syari'ah yg dimaksud? Padahal kami berniat secara bertahap untuk melaksanakannya. Adakah "keridhaan Allah" itu ttp kami peroleh? Syukran atas penjelasannya.
Jawab:
Antara keyakinan bahwa islam adalah adalah agama yang komplit dan tidak boleh tercampur dg ajaran apapun di dunia ini dan kemampuan menerapkannya secara utuh dua hal yang berbeda. Yang pertama (keyakinan tersebut) merupakan hal yg tidak bisa ditoleransi, sedangkan pengamalannya bisa saja bertahap, tapi harus ada upaya yang bersungguh2 untuk menerapkannya dan meninggalkan yang bukan dari Islam, juga secara bertahap. Allahu A'lam.
3. Darius:
Ada pernyataan …”Sebab itu, Islam tidak boleh tercampur sedikitpun dengan ajaran lain, baik dari ajaran Yahudi yang dimurkai Allah, maupun dari ajaran agama Nasrani yang tersesat dari jalan Allah, sebagaimana yang tertuang pada ayat 7 (Surah Al Fatihah), karena Islam itu sempurna...." Lalu bagaimana dengan penggunaan Demokrasi utk dipakai sbg alat aplikasi Hukum Islam. Apakah dibolehkan menggunakan Demokrasi ? Lalu syaratnya apa?
Jawab:
Kalau kita mempelajari dg baik apa itu demokrasi, ternyata demokrasi itu bukan hanya alat, tapi juga ideologi seperti yang berkuasa menentukan hukum dan peraturan hidup manusia di dunia ini adalah suara yg terbanyak, bukan Allah Ta'ala.
Sebagai alatpun juga tak terlepas dari kebohongan dan kelicikan... Kemenangan FIS yang menjadikan demokrasi sebagai alat di Al-Jazair-1994, Hamas-2006 dan Ikhwanul Muslimin-2012, juga tidak bisa. Mereka (kaum yang mengklaim demokrasi adalah solusi dan ideologi) dan bahkan membantai ribuan umat Islam di sana.
Jadi, demokrasi itu hanya berlaku bila yang menang itu bertujuan menegakkan hukum jahiliyah, tapi jika pihak yang menang ingin menegakkan hukum Islam, seperti itulah fakta dan kenyataannya. Jadi, hentikanlah perdebatan apakah demokrasi boleh dijadikan alat perjuangan Islam dan kaum Muslimin. Cukuplah sejarah dan kenyataan hari ini yang menjawabnya dengan terang dan nyata. Allahu a'lam.
4. Main Nurhamda:
Pertanyaan ana mengenai tadabbur ayat ini.. "Sebab itu, Islam tidak boleh tercampur sedikitpun dengan ajaran lain, baik dari ajaran Yahudi yang dimurkai Allah, maupun dari ajaran agama Nasrani yang tersesat dari jalan Allah, sebagaimana yang tertuang pada ayat 7, karena Islam itu sempurna...." Bagamana seorang yg menikah dengan beda agama, suami islam dan istri nasrani? Dan bagaimana status anak tersebut?
Jawab:
Dalam Al Quran/Islam, laki-laki dan wanita mukmin diharamkan menikahi orang kafir/musyrik (Al-Baqarah: 221). Yang dibolehkan hanyalah laki-laki mukmin menikahi wanita-wanita ahlul kitab. Namun ulama banyak yang meyakini ahlul kitab itu sekarang sangat sedikit dan itupun dengan syarat yang amat ketat, di antaranya ada jaminan untuk tidak mempengaruhi laki-laki mukmin yang menikahi mereka. Sebab itu tidak ada nikah antar agama dalam Islam. Anak yang lahir dari pernikahan tersebut adalah anak zina. Allaahu a’lam.
--- Tadabbur Surah Al Baqarah, ayat 1-5 ---
1. Dian Risky
Pertanyaan saya terkait gelar Muttaqin (orang2 yg bertaqwa) Dari tadabbur Q.S Al Baqarah 1-5. Saya membaca buku yg memuat tafsir dg sunnah nya, ada hadits (sayangnya tdk tercantum nomor & tingkatan haditsnya) dari sunan Imam At-Tirmidzi yang redaksinya :
Rasulullaah صلى الله عليه وسلم bersabda,"Tidaklah seorang hamba mencapai derajat muttaqin sebelum ia meninggalkan apa yang boleh dilakukannya demi menghindari apa yang tidak boleh dikerjakannya"
Pertanyaan :
1. "...apa yang boleh dilakukannya" dalam maksud hadits ini, apakah semua hal mubah yang boleh bagi tiap individu tsb atau bgm?
2. Apakah sebelum kita meninggalkan apa2 yang boleh tersebut, kita benar2 belum akan mencapai derajat taqwa?
Jawab:
Saya belum tahu tingkat kesahihan hadits tersebut. Sedangkan maksudnya adalah, orang-orang bertaqwa itu sangat berhati-hati dalam menjalankan kehidupan. Saking berhati-hatinya, mereka meninggalkan sebagian yang dibolehkan, khawatir menjadi tidak dibolehkan/haram.
Contohnya, membeli pakaian. Bisa saja mereka membelinya dengan harga mahal atau dengan jumlah yang banyak, karena tidak ada larangannya. Namun, mereka menahan diri agar tidak jatuh kepada membanggakan harta/pakaian atau perbuatan mubadzir. Ketika itu terjadi, maka yang dihalalkan/dibolehkan itu jatuh menjadi haram/tidak dibolehkan. Allaahu a’lam.
2. Biki Abdillah:
Adakah rahasia dibalik penggunaan isim isyarat "Dzalika" biasanya disandingkan dg kata Al-kitab bukan al Quran? Contohnya “dzalikal kitab” bukan “dzalikal quran”. Adakah hikmahnya disitu?
Jawab:
Dalam bahasa Arab, ‘dzaalika merupakan kata isyarat, menunjukkan sesuatu yang jauh, sedangkan lawannya adalah ‘hadza’. Bila menyebut kepada Al Quran, maka tidak perlu lagi dengan kata dzaalika. Sedangkan penggunaan dzaalika Al-Kitab di sini menunjukkan bahwa Al Quran itu seperti halnya dengan Taurat, Zabur dan Injil, adalah sama-sama yang dating dari non-jauh di sana, yakni dari Lauhul Mahfuzh yang Allah jadikan tempat penyimpanan pertamanya. Allaahu a’lam.
Sedangkan ‘al’ (alif-lam) pada kata ‘Kitab’ menunjukkan al-ma’rifah (definitif) yang tidak berarti/dimaksud lain, selain Al Quran.
3. M. Freddi
Sejauh mana kita mengimani kitab-kitab sebelumnya?
Jawab:
Mengimani kitab-kitab sebelumnya hanya sebatas ‘kebenarannya dating dari Allah’. Tapi tidak mengamalkan isinya, karena isinya sudah habis masa berlakunya ketika Allah menurunkan Al Quran sebagai Kitab-Nya yang terakhir sampai akhir zaman. Allaahu a’lam.
--- Tadabbur Surah Al Baqarah, ayat 6-16 ---
1. Turkini
Terkait arti ‘melakukan kerusakan di muka bumi’, apakah dalam bentuk nyata misalnya merusak hutan, mengotori tanah, membunuh atau dlm bentuk kebaikan seperti emansipasi, menekan jumlah Muslim dengan program2 tertentu?
Jawab:
Berdasarkan kontek sejarah dalam Al Quran, kerusakan itu terjadi pada 2 hal pokok. Pertama, kebun/pertanian yang menjadi sumber utama kehidupan manusia, dan kedua, keturunan, yang menjadi estafet eksistensi manusia di atas muka bumi. Orang-orang kafir yang mengingkari dan bahkan memerangi wahyu Allah dan ajaran para Rasul-Nya, biasanya melakukan kerusakan pada sektor tersebut. Allaahu a’lam.
2. Hariyani Yani
Yang dimaksud orang munafik (ayat 8-16) apakah termasuk dari golongan muslim ustadz? Dan bagaimana hukumnya. Syukran.
Jawab:
Secara fisik bersama kaum mukmin, namun hati dan sifat/perbuatan lebih dekat kepada orang kafir. Hukumnya tidak ada. Jika melanggar hukum, tetap di dunia mendapat hukuman dan di akhirat masuk neraka. Allaahu a’lam.
3. Arifianto Apin
Assalaamu’alaikum, apakah riya bagian dari kemunafikan dapat dikategorikan syirik yang dosanya tidak dapat diampuni?
Jawab:
Riya adalah syirik tersembunyi (Syirkun Khofiy). Riya hanya membatalkan amal yang terkait. Sedangkan syirik yang tidak diampuni jika terbawa mati adalah syirik menyekutukan Allah dari sisi Rububiyyah, Uluhiyyah atau Asma’ dan sifat-sifat-Nya. Syirik ini membatalkan semua amal ibadah.
4. Ihtiarti Bintang
Bisa dijelaskan lebih detail “menjual kepentingan akhirat demi kepentingan duniawi”?
Jawab:
Menjalankan kehidupan dunia tanpa memperhatikan kepentingan atau resiko akhirat. Yang penting baginya di dunia untung sesuai keinginan syahwatnya.
--- Tadabbur Surah Al Baqarah, ayat 25-29 ---
5. Hairunnisyah Annisa/ Arifianto Apin
Yang dimaksud orang fasik itu yang bagaimana? Apakah orang fasik itu dari kalangan kafir saja atau bisa dari kalangan muslim?
Jawab:
Kunci memahami istilah dalam Al Quran seperti “Fasiq/Fasik” adalah dengan melihat isi ayat sebelum kata tersebut, dari sana kita bisa memahaminya. Contoh kata Fasiq dalam ayat 26, sebelumnya Allah katakan, orang-orang fasiq adalah tentang orang-orang kafir yang mempertanyakan/meragukan perumpaan yang Allah ciptakan (Nyamuk). Artinya, mereka tidak percaya Allah sebagai Tuhan Pencipta.
Tentu akan kita temukan lagi ayat-ayat lain bercerita tentang orang-orang fasiq dari sisi yang lain. Sebab itu, fasiq itu bisa menimpa orang kafir dan orang muslim, jika sifat dan sikapnya terhadap Allah, Rasulullah dan Islam sama dengan orang-orang kafir.
6. Nuri Romadhoni
Ustadz, apa maksudnya “yang memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan”, apa termasuk silaturrahim?
Jawab:
Meninggalkan apa yang diperintahkan Allah dan melakukan apa yang diperintahkan Allah, termasuk menyambung tali persaudaraan di antara karib kerabat, itu perintah Allah yang wajib dilaksanakan.
7. Putri
Terkait dengan ayat 30, mengapa malaikat mengatakan manusia seakan akan sudah pasti merusak dan menumpahkan darah di bumi? Padahal malaikat tidak memiliki pengetahuan mengenai hal gaib. Apakah ada mahluk bumi lain sebelum adam di bumi? Atau sebenarnya ayat ini hanya ingin menjelaskan bahwa manusia adalah mahluk yang paling mulia dibandingkan malaikat sekalipun?Jawab:
Melalui pertanyaan/perkataan pada ayat 30 itu, Allah ingin mengajarkan kepada kita/manusia, bahwa mereka memiliki karakter perusak dan pembunuh. Sebab itu Allah turunkan wahyu dan utus para Nabi agar manusia mendapat petunjuk yang lurus, sehingga terbebas dari sifat-sifat yang buruk tersebut.
Maksud seperti ini akan diketahui dengan jelas pada ayat 38, yang menjelaskan setelah Allah menurunkan Adam dan istrinya ke bumi, Allah memberikan kunci selamat dari penyimpangan dan pengrusakan dengan mengikuti petunjuk-Nya. Siapa saja yang mengikuti petunjuk/wahyu Allah dan ajaran para Rasul-Nya, maka tidak ada lagi ketakutan dan kesedihan baginya. Allaahu a’lam.
Posting Komentar