Fakta membuktikan, tanpa cahaya Al Qur’an, mata manusia buta, telinga mereka tuli dan hati mereka mengeras dan mati layaknya sebuah batu, dan lebih keras dari batu. Dengan demikian, jelaslah kedudukan Al Qur’an bagi kehidupan manusia. Sayangnya, saat ini yang terjadi, Al Qur’an yang agung nan mulia itu tak ubahnya seperti lembaran-lembaran kertas yang tersisa tulisannya saja. Al Qur’an yang dilantunkan pun hanya sebatas masuk di tenggorokan kita. Lantas, relakah kita jika Al Qur’an tidak lagi dihayati, ditaati, dan diamalkan. Karena itu, sebagai umat yang telah dianugerahi Al Qur’an sudah sepantasnyalah jika kita mentadabburkan Al Qur’an; Kallamullah. Hujamkan di dalam hati dan pikiran kita, bahwa Al Qur’an bukan sekedar dibaca, tetapi juga direnungkan ayat-ayatnya, dipahami maknanya, dan diamalkan isi dan kandungannya. Inilah inti Tadabbur Al Qur’an.
Apa itu KontaQ?
Mungkin ada yang bertanya : Apa itu KontaQ? KontaQ atau Komunitas Tadabur Al Qur’an adalah sebuah komunitas yang bertekad menjadikan Al Qur’an sebagai pegangan hidup agar merasakan indahnya hidup dalam keberkahan Al-Qur’an. Diawali dengan inisiasi para pendiri dan pengagasnya, KontaQ berhasil dibentuk pada Kamis 30 Safat 1436 H atau 2 Januari 2014. Sebagai langkah kongkrit dalam mewujudkan keinginan mulia komunitas ini, telah ditunjuk dan dipilih 11 orang yang disepakati menjadi Tim Kecil Komunitas yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menjalankan agenda-agenda KontaQ baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tim ini juga mendapat dukungan penuh dari para asaatidz, seperti Syaikh Muhammad Aminudin (Cirebon) dan Ustadz Muhammad Setiawan (Bogor) sekaligus sebagai Instruktur KontaQ serta Ustadz Fathuddin Ja’far selaku Pembina dan Instruktur Utama. Harapan besar hadirnya KontaQ ialah lahirnya komunitas yang hidup di dalam cahaya dan bimbingan Al Qur’an, dan lebih dari itu KontaQ menjadi pioneer dalam mensosialisasikan Al Qur’an, yakni dalam membaca, memahami, mengamalkan, mengajarkan, dan menghafal yang tidak terbatas pada anggota komunitasnya saja, namun masuk pada lingkungan lain seperti keluarga, sahabat, ataupun kolega, serta masyarakat pada umumnya. Jalinan ini menjadi penting, karena apabila nilai-nilai Al Qur’an telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari individu dan kelompok masyarakat, maka dapat dipastikan Al Qur’an tidak hanya menjadi aturan (code) semata tetapi akan menjadi gaya hidup (mode). Visi misi inilah yang hendak diwujudkan KontaQ.
Cintai Al Qur’an dengan Tadabbur
Ada banyak cara untuk mencintai Al Quran, salah satunya dengan tadabur, selain tilawah (membaca), tahfidz (menghafal), tajwid (membaca dengan benar). Lantas mengapa harus tadabbur? Perlu kita ketahui bahwa tadabbur adalah cara yang disukai oleh Allah Ta’ala, sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Qur’an. Selain itu, tadabur merupakan manhaj Rasulullah SAW dalam berinteraksi dengan Al Qur’an yang kemudian diajarkan kepada para sahabatnya. Sejalan dengan hal itu, KontaQ sebagai komunitas pencinta Al Qur’an telah berhasil memprakarsai sebuah program yang bernama Let’sTadabur Al Qur’an(Let’s TalQ) dengan metode One Day One Page – Tadabur Al Qur’an (ODOP-TA).
Tujuan utama program ini adalah mentadaburkan satu halaman Al Qur’an, setiap hari, dimulai dengan membacanya secara tartil bagi peserta yang mampu, dan yang belum diharapkan dapat segera belajar, kemudian dilanjutkan dengan membaca per ayat, sampai pada tahap akhir yakni Tadabur Ayat. Sedangkan medianya adalah dengan menggunakan media online Facebook (FB) yang saat ini sebagai pilihannya dan tidak tertutup kemungkinan ke depan akan menggunakan media lainnya yang lebih luas dan mudah diakses masyarakat. Program Tadabbur pertama akan dimulai setelah KontaQ memiliki 100 peserta, dan jika kegiatan ini dilakukan secara konsisten, maka dalam jangka 2 tahun, peserta diharapkan akan dapat menyelesaikan tadabbur Al Qur’an secara keseluruhan.
Hal terpenting dalam program ini adalah, sepanjang proses tadabur Al Qur’an, peserta akan dibimbing oleh para instruktur yang kompeten, yang juga sekaligus akan melakukan membimbing dan mengevaluasi secara berkala kemampuan peserta secara langsung baik dari aspek “bacaanya” maupun “tadabburnya”. Dua hal ini harus saling bertalian satu sama lain, karena seperti kata Ibnu Qayyim rahimahullah, memahami Al Qur’an dan merenungkannya akan membuahkan iman. Jika Al Qur’an cuma sekedar dibaca tanpa ada pemahaman dan perenungan (tadabbur), maka itu bisa juga dilakukan ahli maksiat dan orang munafik, dan bukan saja oleh orang-orang yang beriman.
Wallaahu a’lam bishshowwab.
Posting Komentar