الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
197. (Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang dimaklumi.(70) Barang siapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafa ) (71), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ
198. Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Rabb-mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy‘aril Haram. Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang-orang tidak tahu.
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
199. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak (‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
200. Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyangmu, (72) bahkan lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa, “Wahai Rabb kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apapun.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
201. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, “Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
أُولَٰئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
202. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah Mahacepat perhitungan-Nya.
------------------------------
Footnote:
70. Ialah bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijjah.
71. Jorok (rafats) artinya mengeluarkan perkataan yang menimbukan birahi, perbuatan yang tidak senonoh, atau hubungan seksual.
72. Kebiasaan orang-orang Arab Jahiliah setelah menunaikan haji mengagungkan kebesaran nenek moyangnya. Setelah ayat ini diturunkan,kebiasaan tersebut diganti dengan zikir kepada Allah.
------------------------------
197. Ibnu 'Umar berkata, "Yang dimaksud adalah Syawal, Dzulqa'dah, dan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah". Ibnu 'Abbãs berkata, "Orang-orang Yaman akan melaksanakan ibadah haji, tetapi mereka tidak berbekal, mereka mengatakan bahwa mereka semua bertawaqal." Maka, Allâhu Ta'âlâ menurunkan ayat ini.
198. Ibnu 'Abbâs berkata, " Ukaz, Majinnah, dan Dzul-Majaz merupakan pasar terkenal di masa jâhiliyah. Di sana mereka banyak beraktivitas dengan berniaga setiap musimnya. Maka mereka menanyakan tentang hal ini kepada RasûlUllâh shallAllâhu 'alaihi wa sallam." Maka, turunlah ayat ini pada musim haji.
199. Ath-Thabarî meriwayatkan, Ibnu 'Abbâs berkata, "Orang-orang 'Arab wukuf di Arafah, sedangkan orang-orang Quraisy melakukannya tidak di sana, melainkan di Muzdalifah." Maka, Allâhu Ta'âlâ menurunkan ayat ini.
200. Kebiasaan 'Arab jâhiliyah setelah menunaikan haji adalah mengagungkan kebesaran nenek moyangnya. Ath-Thabarî meriwayatkan, Mujâhid berkata, "Apabila mereka telah menunaikan ibadah mereka, mereka berhenti di Jumarah, lalu menceritakan tentang ayah dan nenek moyang mereka di zaman jâhiliyah dan apa yang telah mereka lakukan dahulu." Maka, turunlah ayat ini. (Mushaf Al-Jalalain, Pustaka Kibar)
------------------------------
Tadabbur Ayat:
Ayat 197 - 202 masih menjelaskan sebagian tata cara ibadah haji. Di antaranya, aktivitas haji itu harus pada bulan-bulan yang telah ditentukan (Syawal, Zulqa’dan dan Zulhijjah). Dalam pelaksanaan haji dilarang berkata porno, fasik dan berbantah-bantah karena akan membatalkan ibadah haji. Ibadah haji adalah latihan berbekal takwa kepada Allah. Dalam musim haji dibolehkan berjual beli.
Saat bertolak dari Arafah menuju Muzdalifah dan Mina, perbanyaklah berzikir kepada Allah dan juga di tempat-tempat suci lainnya, seperti saat thawaf sekitar Ka’bah dan tempat Sa’i antara bukit Shafa dan Marwah. Ingatlah selalu Allah yang telah memberikan hidayah-Nya. Sebelum dapat hidayah-Nya, kita orang-orang yang sesat dari jalan yang hak. Sebab itu, saat bertolak dari Arafah, perbanyaklah beristighfar (meminta ampun) kepada Allah. Yakinlah, dosa-dasa kita diampuni-Nya, karena Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Setelah menyelesaikan ibadah haji, sebutlah Allah melebihi sebutan dan ingatan kepada orang tua. Sebab itu, ibadah haji mengajarkan kita untuk mengingat Allah dan mencintai-Nya melebihi dari yang lain.
Target utama ibadah haji ialah melatih kita untuk memfokuskan orientasi hidup hanya untuk Allah dan kehidupan akhirat. Ibadah haji akan menyingkap siapa di antara para hujjaj (orang-orang yang sudah menunaikan haji) yang memiliki orientasi hidup dunia saja dan orang-orang yang memiliki orientasi hidup akhirat. Sebab itu, setelah menunaikan haji, orang yang berorientasi duniawi saja dan orang yang mengharapkan kebaikan dunia dan kesuksesan akhirat akan nampak dengan jelas dalam perilaku sehari-hari.
Haji yang mabrur ialah haji yang berhasil merubah perilaku sehingga sesuai syariat Allah dan orientasi hidup menjadi akhirat.
Posting Komentar