oleh: Ust. Fathuddin Ja'far
Sahabatku semua…. Life Quadrant berarti derajat atau level kehidupan. Al-Qur’an membagi manusia kepada empat derajat atau posisi :
1. Kaum yang ikut-ikutan, tidak mau menggunakan akal dengan baik untuk mempelajari dan mengikuti wahyu Allah. Jika sifat ini melekat dalam diri seseorang terkait masalah kehidupan dunia, maka ia kan menjadi sapi perah dan objek market kaum kapitalis serta jajahan empuk kolonialis. (Az-Zukhruf : 54). Jika terkait dengan masalah nilai dan aturan kehidupan (way of life), maka ia akan tersesat dari jalan Allah yang lurus ke jalan mayoritas yang berkembang/nenek moyang/peninggalan manusia yang tidak ilmiah dan tidak akan pernah berhasil menyelesaikan perkara kehidupan dunia, apalagi kehidupan akhirat. (Al-Maidah : 104). Tipe manusia seperti ini selalu ngotot dengan kebodohan dan kesesatan dan bahkan mengatakan kesesatan itu petunjuk dan petunjuk itu kesesatan dengan alasan karena banyak diikuti manusia atau karena mensakralkan nenek moyang. Mereka disebut dengan kaum Muqallidun (Pengekor).
2. Kaum yang hanya menggunakan akal untuk memikirkan segala sesuatu, seperti masalah ketuhanan, kehidupan, manusia, alam, dunia, akhirat dan sebagainya dan tidak mau menggunakan akal itu untuk mempelajari wahyu Allah sehingga dapat menalar apa yang mereka fikirkan itu dengan baik dan benar. Mereka selalu resistensi terhadap wahyu dan para pembawa wahyu serta penyampai wahyu, dan bahkan memeranginya dengan sekuat tenaga dan dengan segala cara. Biasanya, terkait maslah sarana kehidupan (harta, sains dan teknologi) mereka mengalami kemajuan, namun hampa nilai. Berbagai kemajuan fasilitas kehidupan itu malah membuat batin mereka tersiksa dan menjerit-jerit kesakitan sehingga mereka bertindak dzalim dan melakukan kerusakan di atas bumi. (Ar-Rum : 9 dan Al-Fajr : 6 – 12). Mereka ini biasanya menjadi incaran Allah untuk dibinasakan dan diadzab di dunia dengan berbagai macam azab sebelum diadzab di akhirat, khususnya bila kezaliman dan kejahatan mereka di atas bumi sudah melampaui batas. (Al-Fajr : 13 – 14, Al-Ankabut : 31 – 40) Mereka ini disebut Al-Qur’an sebagai kaum Dahriyyun dah Ahlusy Syahwat (yang hidup hanya untuk kepentingan dunia berdasarkan hawa nafsu).
3. Kaum yang menggunakan akal, hati, mata dan telinga untuk mempelajari wahyu Allah dan menjadikannya (wahyu) sebagai sistem hidup. Melalui wahyulah mereka mengenal Allah sebagai Tuhan Pencipta alam dan diri mereka sendiri. Alam dan diri mereka sendiri tunduk pada sistem dan kehendak Allah. Melalui wahyulah mereka memahami hakikat Tuhan Pencipta, hakikat manusia, alam semesta, kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Melalui wahyu pula mereka memahami visi dan misi hidup di dunia ini dan darimana mereka berasal dan kemana mereka akan kembali setelah meninggalkan dunia yang fana ini. Sebab itu, hidup mereka terikat dengan wahyu terkait hak dan batil, halal dan haram, baik dan buruk dan bahkah terkait dengan sistem pengelolaan bumi, manusia serta sistem pemeliharaannya. Jalan kebahagiaan yang mereka tempuh berdasarkan wahyu. Demikian pula life style yang mereka jalani mengikutu formulasi yang ditetapkan wahyu Allah dan ajaran Rasul-Nya. Al-Qur’an menamakan mereka dengan kaum “Robbaniyyun”. (Ali Imran : 79). Biasanya, mereka menjadi kecemburuan dan kedengkian kaum ke-2 di atas (Dahriyyun dan Ahlusy Sahwah). Sejarah manusia mencatat, kaum Rabbaniyyun ini selalu menjadi objek penyiksaan dan serangan kaum Dahriyyun dan Ahlusy Syahwat, khususnya ketiaka kaum Rabbaniyyun dalam posisi lemah ekonomi dan fasilitas hidup dunia lainnya.
4. Kaum yang orientasi hidupnya kehidupan dunia semata. Mereka akan berpindah ke kelompok atau kaum mana yang menguntungkan. Mereka bisa pagi ini beriman dan nanti sore kafir disebabkan di pagi harinya mereka berharap keuntungan duniawi ada pada kaum Mukmin. Ternyata setelah berada di waktu sore, keuntungan itu tak kunjung diperoleh. Mereka pun berpindah atau mendekat kelompok lain yang diharap mendapat apa yang mereka inginkan. Semua sepakterjang mereka uang (harta). Kalau dicari motif utama uacapan dan perbuatan mereka adalah uang sehingga menjadi kaum UUD (ujung-ujungnya duit). Mereka disebut Al-Qur’an sebagi kaum “Munafiqun dan Muzab-zabun”. Tidak berani menyatakan status diri yang sebenarnya, beriman atau kafir. Sering mengatakan beriman, tapi culas, licik, oportunis, dua muka, malas shalat dan tidak berzikir dengan banyak. (An-Nisa’ : 142 – 143). Mereka ini sebenarnya ibarat duri dalam daging sehingga menyusahkan kaum Rabbaniyyun dan di akhirat kelak akan Allah adzab dengan adzab yang lebih dahsyat dari kaum Dahriyyun dan Ahlusy Syahawat.
Nah, sahabatku yang dirahmati Allah. Mari kita bertanya pada diri kita sendiri : Di manakah posisi kita dan berada di Quadrant apa?
Yaa Rabb.. Janganlah Engkau sesatkan hati kami setelah Engkau berikan petunjuk-Mu dan anugerakanlah kepada kami kasih sayang-Mu, sesungguhnya Engkau sajalah yang Maha Pemberi…
Posting Komentar